JAKARTA | KEPRIEXPOSE – Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh akhirnya menyambangi Presiden Jokowi. Selain meredakan ketegangan, kuat dugaan mereka juga membicarakan soal reshuffle dan pencapresan Anies Baswedan. Pertemuan ini dianggap istimewa karena sebelumnya beredar kabar Presiden Jokowi sudah enggan bertemu ‘abangnya’ ini. Hubungan dua sekondan ini dianggap renggang usai Partai NasDem mendeklarasikan pencapresan Anies Baswedan. Sumber Istana menyebutkan, Jokowi tak ‘happy’ dengan manuver politik salah satu anggota partai koalisi pendukung pemerintahan ini.
Apalagi, partai besutan Surya Paloh ini akan menggandeng Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Demokrat yang notabene adalah partai oposisi. Merenggang Isu keretakan hubungan antara Surya Paloh dan Jokowi terlihat dari pertemuan keduanya di sejumlah acara. Ketidaknyamanan Jokowi atas manuver NasDem ini tak bisa ditutupi. Saat menghadiri acara hari ulang tahun (HUT) ke-58 Partai Golkar akhir Oktober lalu, misalnya. Di acara ini Jokowi menyinggung agar tak sembrono dalam memilih dan menjatuhkan dukungan capres pada Pemilu 2024. Kabar kerenggangan hubungan ini makin santer ke permukaan saat Presiden Jokowi tak menghadiri perayaan HUT Partai NasDem. Jokowi juga tak mewakilkan bahkan tak mengirim video ucapan selamat bagi Partai NasDem yang sedang merayakan hari kelahiran. Padahal beberapa waktu sebelumnya, Jokowi menyempatkan hadir di HUT Partai Perindo.
Video Jokowi yang tak membalas pelukan Surya Paloh saat keduanya hadir dalam acara puncak peringatan HUT ke-58 Partai Golkar yang beredar di media sosial juga menguatkan isu kedua elite politik ini memang tak lagi sehati. Puncaknya adalah saat Surya Paloh tak menghadiri acara pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Sofia Gudono. Surya Paloh tak menghadiri resepsi pernikahan anak Jokowi ini dengan alasan sedang berada di luar negeri. Isu reshuffle Deklarasi pencapresan Anies Baswedan dan rencana koalisi dengan partai oposisi tak hanya memperburuk hubungan Surya Paloh dan Jokowi, namun juga berujung pada desakan agar NasDem keluar dari barisan koalisi partai-partai pendukung Jokowi.
Desakan agar para menteri dari NasDem mundur dari kabinet Jokowi juga muncul kembali. Selain karena kinerjanya dianggap buruk, langkah NasDem mendeklarasikan Anies Baswedan juga dijadikan alasan. Pasalnya, Anies dinilai berseberangan dan tak sejalan dengan kebijakan pembangunan yang dilakukan Jokowi selama ini. Manuver NasDem membentuk Koalisi Perubahan dengan menggandeng Demokrat dan PKS juga dianggap melukai Jokowi. Karena, keduanya merupakan partai oposisi yang kerap dianggap ‘merecoki’ berbagai kebijakan yang diambil Jokowi. Partai NasDem dianggap sudah bersimpang jalan dengan Jokowi dan koalisi partai – partai pendukung pemerintah. PDI Perjuangan, partai penguasa yang menaungi Jokowi, bahkan terang-terangan menyatakan bahwa dua dari tiga menteri NasDem, yakni Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar harus dievaluasi. Sementara Menteri Komunikasi dan Informatika yang juga Sekjen Partai NasDem Johny G Plate juga sedang ‘harap-harap cemas’ dengan kasus dugaan korupsi pembangunan BTS 4G BAKTI.
Menerka isi pertemuan, banyak spekulasi terkait isi pertemuan antara Surya Paloh dan Jokowi. Selain sebagai upaya meredakan ketegangan, pertemuan antara dua elite politik ini juga membahas soal isu reshuffle kabinet dan pencapresan Anies Baswedan. Surya Paloh bisa jadi menggunakan pertemuan ini untuk mengklarifikasi berbagai isu dan disinformasi. Surya Paloh juga diprediksi akan menjelaskan perihal langkah Partai NasDem mendeklarasikan pencapresan Anies Baswedan dan Koalisi Perubahan.
Lalu bagaimana jika Jokowi tetap tak berkenan dengan Anies Baswedan dan rencana NasDem membangun koalisi dengan dua partai opsisi? Jawabanya ada dua kemungkinan. Pertama, Surya Paloh akan pamitan dan undur diri dari barisan partai pendukung pemerintahan. Kedua Surya Paloh akan melepas Anies Baswedan dan akan kembali ke pangkuan Jokowi dan barisan partai koalisi pendukung pemerintahan.
KEPRIEXPOSE
Sumber : Kompas